CHARACTER
BUILDING
Character Building dari
segi bahasa, Character Building atau membangun karakter terdiri dari dua
suku kata yaitu membangun (to build) dan karakter (character) artinya
membangun yang mempunyai sifat memperbaiki, membina, mendirikan. Sedangkan karakter
adalah tabiat, watak, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari
yang lain. Jadi, Character Building merupakan suatu upaya untuk
membangun dan membentuk akhlak dan budi pekerti seseorang menjadi baik
(Megawati, 2004).
Dalam membangun karakter
individu diperlukan perilaku yang baik dalam rangka melaksanakan kegiatan
berorganisasi, baik dalam organisasi pemerintahan maupun organisasi swasta
dalam bermasyarakat. Karakter adalah sesuatu yang sangat penting dalam pengembangan
kualitas manusia maka karakter mempunyai makna sebuah nilai yang mendasar untuk
mempengaruhi segenap pikiran, tindakan, dan perbuatan setiap insan manusia
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
TUJUAN
DAN FUNGSI PEMBENTUKAN KARAKTER
Berdasarkan
pengertian diatas, pembentukan karakter memiliki beberapa tujuan dan juga
fungsi, diantaranya :
1. Tujuan
a.
Membentuk bangsa yang tangguh
b.
Kompetitif
c.
Berakhlak mulia
d.
Bermoral
e.
Bertoleran
f.
Bergotong royong
g.
Berjiwa patriotik
h.
Berkembang dinamis
i.
Berorientasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa
berdasarkan Pancasila.
2. Fungsi
a.
Mengembangkan potensi dasar agar berhati
baik, berpikir baik, dan berperilaku baik
b.
Memperkuat dan membangun perilaku bangsa
yang multikultur
c.
Meningkatkan peradaban bangsa yang
kompetitif dalam pergaulan dunia.
TANTANGAN
PEMBENTUKAN KARAKTER
Pembentukan
karakter melalui jalur pendidikan di sekolah akan menghadapi beberapa tantangan
yang tidak ringan. Tantangan yang bersifat internal dan eksternal:
Ada
beberapa tantangan internal, diantaranya:
a. Orientasi
pendidikan yang masih mengutamakan keberhasilan pada aspek kognitif,
b. Praktik
pendidikan yang masih banyak mengacu filsafat rasionalisme yang memberikan
peranan yang sangat penting kepada kemampuan akal budi (otak) manusia
c. Kemampuan
dan karakter guru yang belum mendukung
d. Budaya
dan kultur sekolah yang kurang mendukung
e. Personal
pendidikan maupun perangkat lunak pendidikan (mind set, kebijakan pendidikan
dan kurikulum).
f. Nilai-nilai
karakter yang dikembangkan di sekolah belum terjabarkan dalam indikator yang
baik. Indikator yang tidak baik tersebut menyebabkan kesulitan dalam mencapai
nilai karakter yang baik sesuai yang diharapkan.
g. Sekolah
belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan misinya. Umumnya
sekolah menghadapi kesulitan dalam memilih nilai-nilai karakter yang cocok dan
sesuai dengan visi sekolahnya. Hal ini berdampak pada gerakan membangun
karakter di sekolah menjadi kurang terarah dan fokus, sehingga tidak jelas juga
penilaian dan monitoringnya.
h. Pemahaman
guru tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum menyeluruh. Program
pendidikan karakter belum dapat disosialisasikan pada semua guru dengan baik
sehingga mereka belum dapat memahaminya.
i. Guru
belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diampu. Dalam mata pelajaran juga terdapat nilai-nilai karakter yang harus
dikembangkan oleh guru pengampu. Nilai-nilai karakter mata pelajaran belum
dapat dipelajari dengan baik untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran.
j. Guru
belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengintregasikan nilai-nilai
karakter pada mata pelajaran yang diampunya. Program sudah berjalan, tetapi
pelatihan masih sangat terbatas yang diikuti guru sehingga berdampak kurang
maksimalnya penanaman nilai-nilai karakter pada mata pelajaran.
k. Guru
belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya. Peran
guru untuk menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-nilai karakter secara khusus
sesuai dengan nilai karakter mata pelajaran dan nilai-nilai umum di sekolah
belum dapat dilaksanakan dengan baik.
Selain
tantangan internal terdapat juga tantangan yang bersifat eksternal, diantaranya
:
a. Pengaruh
globalisasi
b. Perkembangan
sosial masyarakat
c. Perubahan
lingkungan sosial secara global yang mengubah tata nilai, norma suatu bangsa
menjadi lebih terbuka
d. Pengaruh
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang telah mengubah tatanan
sosial masyarakat.
Sekolah
dewasa ini banyak mendapat perhatian publik terutama terkait dengan berbagai
kasus yang menggambarkan masih perlunya pengembangan karakter di sekolah. Berbagai
kasus tawuran pelajar, pemalakan, mengindikasikan hal ini. berikut ini
diberikan contoh hasil penelitian dan pengalaman yang dilakukan sekolah dalam
penguatan karakter.
Suatu
pengalaman menarik dituturkan Muhammad Arasy (“Memajukan sekolah Pinggiran,
Kompas, 2 November 2011) Kepala SMAN 3 Palu. Untuk membangkitkan keterpurukan
SMAN 3 Palu, Sulawesi Tengah, yang mengalami kebakaran pada Maret 2002, dengan
melakukan penghijauan. Ia yakin dengan suasana hijau pepohonan dan tanaman hias
di sekeliling sekolah dapat memberikan ketenangan, kesejukan, dan semangat
belajar para siswa dan guru. Semangat penghijauan dijadikan mata pelajaran
muatan lokal. Ia memotivasi guru untuk memakai penghijuan sebagai pintu masuk
memperkuat pendidikan karakter siswa yang cinta lingkungan. Sekolah juga
menerapkan tata tertib yang membangun karakter siswa. Ia juga memberikan ruang
ibadah siswa dari pemeluk agama yang berbeda dalam menerapkan keberagaman dan
toleransi. Sekolah yang semula dipandang sebagai sekolah pinggiran, menjadi “kiblat”
sekolah berwawasan lingkungan, dan sekolah percontohan karakter tingkat
provinsi. Di tingkat pusat Badan Narkotika Nasional menjadikan SMAN 3 Palu
sebagai percontohan bebas narkoba. Prestasi sekolah terus meningkat. Pada 2006-2007
dirintis sebagai sekolah kategori mandiri, karena keunggulan sebagai sekolah
hijau, dan ditetapkan sebagai sekolah standar nasional (SSN). Kemudian tahun
2009-2010, diberi predikat sekolah model, karena telah memenuhi standar
nasional serta mampu mengembangkan pendidikan berbasis keunggulan lokal. Prestasi
yang telah dicapai sekolah, membuat sekolah diminati siswa baru, tahun lalu
pemintnya 1000 orang meskipun daya tampungnya hanya 400 orang. Direktorat SMA
Kemdiknas menawari RSBI, tetapi ditolak dengan pertimbangan sekolah ini banyak
anak dari kelurga ekonomi lemah. Bahkan ada banyak anak yang digratiskan.
Sumber:
Koesoema. Doni A, 2010, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak
di Zaman Global, cetakan kedua, 320 halaman. Jakarta: Grasindo.
http://stialanbandung.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=384:character-building-bag-1&catid=12:artikel&Itemid=85
(24/04/2016 21:47)
Analisis:
Dari kasus di atas
dapat disimpulkan bahwa character building sangat penting dalam membangun
kehidupan bermasyarakat, sekolah dan dalam strategi implementasi pendidikan
karakter, yang ditekankan adalah memotivasi guru dan pengembangan kultur sekolah
menjadi daya efektivitas. Kultur sekolah yang kondusif bagi pengembangan karakter
perlu diciptakan agar pembelajaran yang baik hanya dapat berlangsung pada
sekolah yang memiliki kultur positif. Suatu kultur sekolah yang sehat akan
berdampak kesuksesan siswa dan guru dibandingkan dengan dampak bentuk reformasi
pendidikan yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar