Bubur
Jagung
Restoran yang secara khusus
menyajikan bubur Jagung itu adalah ‘Aceh Jezz Bubur’. Kios bubur Teuku Chaidil
yang terletak di Jalan Margonda, Depok, Jawa Barat. Restoran ini bisa dengan
mudah kita temukan, karena tampilan warna restoran cenderung mencolok yaitu
didominasi warna Kuning cerah kian memudahkan masyarakat yang lalu lalang untuk
meliriknya. Pada bulan Ramadhan seperti saat ini ‘Aceh Jezz Bubur’ selalu ramai
dikunjungi warga, terutama menjelang saat berbuka puasa.
Bubur jagung ini merupakan hasil
inovasi Teuku Chaidil, lelaki asal Aceh. Awalnya usaha Chaidil menjual makanan
khas Aceh yaitu Kanji Rumbi dan Bu Pedah. Namun, usahanya saat itu kuranglah
diminiati. Akhirnya Chaidil pun beralih usaha bubur yang konon boleh dibilang
banyak peminatnya. Chaidil yang dibantu sang isteri coba melakukan eksperimen
dari menu yang disajikan dan eksperimen itu dilakukan guna menghindari kesan
menu yang ditawarkan biasa-biasa saja. Hasilnya menu bubur jagung pun lahir dan
begitu diapresiasi oleh banyak pengunjung.
Kini, menu bubur jagung boleh
dibilang yang paling laris dipesan pelanggannya. Berkat kesuksesan bubur
jagung, pada tahun 2008 Chaidil membuka cabang di Aceh dengan menu serupa.
Hingga saat ini Chaidil telah memiliki cabang lainnya selain di Margonda Raya
yaitu di Jalan Alternatif Cibubur.
Yang menarik dari bahan baku yang
digunakan sampai strategi pemasaran, bubur jagung yang dijual Chaidil memang
banyak kelebihannya. Motto yang dipakai juga menarik perhatian: ‘ Jangan Beli,
Nanti Bisa Ketagihan’ motto yang benar-benar membuat orang datang untuk
merasakan bubur jagung Chaidil.
Usaha bubur jagung Aceh menggunakan
bahan-bahan yang berkualitas nomor satu ataupun impor. Menurut pemilik
bahan-bahan tersebut akan menghasilkan kualitas output yang lebih baik sehingga
tidak akan mengecewakan pelanggan. Pemilik bukan berarti tidak mencintai produk
lokal, hanya saja bahan lokal tersebut sudah dicoba namun kualitasnya kurang
memuaskan. Namun jika memang ada bahan lokal yang kualitasnya cocok maka
pemilik pun tidak akan segan menggunakannya. Untuk resep bubur jagung pada
awalnya pemilik mendapatkannya dengan browsing di internet. Resep
yang ada tidak langsung digunakan oleh pemilik. Beliau melakukan sedikit
inovasi dengan mengubah resep awal dan metode yang digunakan secara bertahap
hingga menjadi bubur jagung yang ada seperti sekarang. Jagung manis yang tidak
terlalu masak, tapi tidak juga terlalu muda tapi harus berbutir besar. Proses
pembuatannya, jagung tersebut diserut. Setelah itu dicuci, sebelum akhirnya
dimasukkan ke dandang yang sudah berisi air mendidih. Supaya rasa buburnya
enak, Chaidil menggunakan air mineral. Tanpa pewarna dan pelezat. Gula yang
digunakan juga murni. Setelah jagung matang, tak lupa masukkan biji mutiara,
santan, gula, garam, dan susu. Sedangkan untuk aroma, daun pandan menjadi
pilihan. Hingga saat ini bubur jagung memproduksi 700 porsi bubur jagung tiap
harinya untuk kios di daerah Depok dan Jakarta.
Sistem penjualan yang dijalankan
Chaidil menerapkan konsep yang berbeda yaitu disini lebih kepada sistem take
away (dibawa pulang). Keunikan lain pada ‘Aceh Jezz Bubur’ adalah semua
pegawainya laki-laki yang diseragamkan baju koko dan kopiah. Hal itu sengaja
dijalankan dengan pertimbangan pelaksanaan syariat Islam layaknya yang
diberlakukan di daerah asal Chaidil. Nuansa Islami telah mewarnai usaha bubur
miliknya.
Penerapan sistem take away adalah untuk menghindari
tercampurnya pria dan wanita yang bukan muhrimnya. Disamping itu,
mempertimbangkan kondisi lalu lintas Depok yang rawan macet, mengingat lokasi
kiosnya berada di pinggir jalan.
Selain bubur jagung, ‘Aceh Jezz
Bubur’ juga menawarkan enam varian bubur dengan harga terjangkau yang dijamin
tak kalah nikmat, yakni bubur ketan saus durian, bubur sagu, bubur jali, bubur
ketan hitam, bubur kacang hijau dan bubur sumsum.
Chaidil percaya bubur adalah makanan
yang disukai banyak warga Indonesia. Terbukti dengan hampir di setiap daerah
mempunyai makanan bubur dengan beraneka nama. Untuk itulah dia memikirkan
secara serius penjualan buburnya, di tengah banyaknya pedagang bubur yang tak
menggarap usahanya dengan profesional.
Kios buka setiap hari dari pukul
15.00 hingga 23.00 WIB. Namun jangan datang ketika waktu salat. Sebab, Chaidil
pasti menutup tempat usahanya. Kebersihan juga menjadi perhatian utama di
kiosnya. Hingga saat ini banyak masyarakat yang suka. Bukan hanya bubur, tapi
juga sistem penjualan yang dilakukan. Untuk ke depannya, Chaidil akan memberi
kesempatan banyak orang melalui program waralaba. Dia yakin usaha yang
ditawarkan ini akan memberi keuntungan lebih besar kepada siapa saja yang mau
berusaha dengan cara jujur dan tetap selalu mengedepankan syariat Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar