Jumat, 12 Desember 2014

UKM

Bubur Jagung 


Restoran yang secara khusus menyajikan bubur Jagung itu adalah ‘Aceh Jezz Bubur’. Kios bubur Teuku Chaidil yang terletak di Jalan Margonda, Depok, Jawa Barat. Restoran ini bisa dengan mudah kita temukan, karena tampilan warna restoran cenderung mencolok yaitu didominasi warna Kuning cerah kian memudahkan masyarakat yang lalu lalang untuk meliriknya. Pada bulan Ramadhan seperti saat ini ‘Aceh Jezz Bubur’ selalu ramai dikunjungi warga, terutama menjelang saat berbuka puasa.
Bubur jagung ini merupakan hasil inovasi Teuku Chaidil, lelaki asal Aceh. Awalnya usaha Chaidil menjual makanan khas Aceh yaitu Kanji Rumbi dan Bu Pedah. Namun, usahanya saat itu kuranglah diminiati. Akhirnya Chaidil pun beralih usaha bubur yang konon boleh dibilang banyak peminatnya. Chaidil yang dibantu sang isteri coba melakukan eksperimen dari menu yang disajikan dan eksperimen itu dilakukan guna menghindari kesan menu yang ditawarkan biasa-biasa saja. Hasilnya menu bubur jagung pun lahir dan begitu diapresiasi oleh banyak pengunjung.


Kini, menu bubur jagung boleh dibilang yang paling laris dipesan pelanggannya. Berkat kesuksesan bubur jagung, pada tahun 2008 Chaidil membuka cabang di Aceh dengan menu serupa. Hingga saat ini Chaidil telah memiliki cabang lainnya selain di Margonda Raya yaitu di Jalan Alternatif Cibubur.
Yang menarik dari bahan baku yang digunakan sampai strategi pemasaran, bubur jagung yang dijual Chaidil memang banyak kelebihannya. Motto yang dipakai juga menarik perhatian: ‘ Jangan Beli, Nanti Bisa Ketagihan’ motto yang benar-benar membuat orang datang untuk merasakan bubur jagung Chaidil.
Usaha bubur jagung Aceh menggunakan bahan-bahan yang berkualitas nomor satu ataupun impor. Menurut pemilik bahan-bahan tersebut akan menghasilkan kualitas output yang lebih baik sehingga tidak akan mengecewakan pelanggan. Pemilik bukan berarti tidak mencintai produk lokal, hanya saja bahan lokal tersebut sudah dicoba namun kualitasnya kurang memuaskan. Namun jika memang ada bahan lokal yang kualitasnya cocok maka pemilik pun tidak akan segan menggunakannya. Untuk resep bubur jagung pada awalnya pemilik mendapatkannya dengan browsing di internet. Resep yang ada tidak langsung digunakan oleh pemilik. Beliau melakukan sedikit inovasi dengan mengubah resep awal dan metode yang digunakan secara bertahap hingga menjadi bubur jagung yang ada seperti sekarang. Jagung manis yang tidak terlalu masak, tapi tidak juga terlalu muda tapi harus berbutir besar. Proses pembuatannya, jagung tersebut diserut. Setelah itu dicuci, sebelum akhirnya dimasukkan ke dandang yang sudah berisi air mendidih. Supaya rasa buburnya enak, Chaidil menggunakan air mineral. Tanpa pewarna dan pelezat. Gula yang digunakan juga murni. Setelah jagung matang, tak lupa masukkan biji mutiara, santan, gula, garam, dan susu. Sedangkan untuk aroma, daun pandan menjadi pilihan. Hingga saat ini bubur jagung memproduksi 700 porsi bubur jagung tiap harinya untuk kios di daerah Depok dan Jakarta.
Sistem penjualan yang dijalankan Chaidil menerapkan konsep yang berbeda yaitu disini lebih kepada sistem take away (dibawa pulang). Keunikan lain pada ‘Aceh Jezz Bubur’ adalah semua pegawainya laki-laki yang diseragamkan baju koko dan kopiah. Hal itu sengaja dijalankan dengan pertimbangan pelaksanaan syariat Islam layaknya yang diberlakukan di daerah asal Chaidil. Nuansa Islami telah mewarnai usaha bubur miliknya.
Penerapan sistem take away adalah untuk menghindari tercampurnya pria dan wanita yang bukan muhrimnya. Disamping itu, mempertimbangkan kondisi lalu lintas Depok yang rawan macet, mengingat lokasi kiosnya berada di pinggir jalan.
Selain bubur jagung, ‘Aceh Jezz Bubur’ juga menawarkan enam varian bubur dengan harga terjangkau yang dijamin tak kalah nikmat, yakni bubur ketan saus durian, bubur sagu, bubur jali, bubur ketan hitam, bubur kacang hijau dan bubur sumsum.
Chaidil percaya bubur adalah makanan yang disukai banyak warga Indonesia. Terbukti dengan hampir di setiap daerah mempunyai makanan bubur dengan beraneka nama. Untuk itulah dia memikirkan secara serius penjualan buburnya, di tengah banyaknya pedagang bubur yang tak menggarap usahanya dengan profesional.
Kios buka setiap hari dari pukul 15.00 hingga 23.00 WIB. Namun jangan datang ketika waktu salat. Sebab, Chaidil pasti menutup tempat usahanya. Kebersihan juga menjadi perhatian utama di kiosnya. Hingga saat ini banyak masyarakat yang suka. Bukan hanya bubur, tapi juga sistem penjualan yang dilakukan. Untuk ke depannya, Chaidil akan memberi kesempatan banyak orang melalui program waralaba. Dia yakin usaha yang ditawarkan ini akan memberi keuntungan lebih besar kepada siapa saja yang mau berusaha dengan cara jujur dan tetap selalu mengedepankan syariat Islam.

Sumber:

https://viewords.wordpress.com/2012/11/02/548/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar